Global Warming Kian Mengancam Dunia termasuk Indonesia
![](http://a8.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/155676_182834541730135_120682994611957_713788_3923987_n.jpg)
sumber foto: kompas.com
Berita tentang banjir, tanah longsor, kekeringan, gelombang laut tinggi di atas normal kian sering muncul di media massa dewasa ini. Berita tentang banjir dan tanah longsor paling besar di Tanah Air terjadi di Wasior, Provinsi Papua Barat.
Bencana yang terjadi pada 4 Oktober 2010 itu mengakibatkan sekitar 150 korban tewas dan kerugian material sekitar Rp 300 miliar. Kejadian di Wasior ini merupakan salah satu indikasi bahwa kualitas lingkungan hidup dewasa ini makin merosot.
Masih pada Oktober 2010, tepatnya pada tanggal 25, Jakarta mengalami kemacetan sangat parah. Kemacetan lalu-lintas di hampir seluruh ruah jalan, termasuk jalan tol, ini berlangsung sepanjang seore hingga menjelang subuh esok harinya. Kemacetan parah ini terjadi akibat hujan deras merata di seluruh kawasan Ibu Kota. Tak seperti di Wasior, banjir di Jakarta memang tak sampai menelan korban jiwa. Tapi banjir di Jakarta mengakibatkan kemacetan sepanjang malam, yang berarti juga memicu kerugian dari bahan bakar kendaraan yang terbuang percuma serta kerugian non material yang nilainya tentu tak sedikit.
Selain Wasior dan Jakarta, banjir juga terjadi di beberapa wilayah Indonesia lainnya. Dan yang pasti, bencana banjir ini memperkuat indikasi bahwa penurunan mutu lingkungan hidup telah terjadi merata. Bahkan itu bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di berbagai belahan dunia.
Secara spesifik, banjir bandang serta tanah longsor di Wasior terjadi karena hutan yang makin gundul. Padahal, hutan bermanfaat besar dalam menahan air hujan. Terlebih hutan di seputar Wasior berada di kawasan perbukitan. Perbukitan dengan hutan yang masih lebat ibarat benteng yang melindungi Wasior. Tapi ketika bukit ini gundul, maka pertahanan Wasior terbuka. Paad saat intensitas hujan tinggi, yang terjadi kemudian adalah banjir bah, seperti pada 4 Oktober itu.
Sementara itu, banjir di Jakarta secara spesifik lebih dikarenakan oleh timbunan sampah. Sampah-sampah yang berasal dari rumah tangga, bisnis, dan perkantoran ini beterbaran di sembarang tempat. Onggokan sampah di Jakarta juga terjadi di saluran-saluran air. Sampah-sampah, terutama sampah plastik, di saluran air inilah yang kemudian menghambat aliran air sehingga terjadi genangan. Ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi, genangan air pun meluap ke jalanan. Luapan air yang berlebihan di jalan membuat jalanan tak bisa dilalui kendaraan. Ini semua berujung pada kemacetan panjang dan memerlukan waktu lama untuk mengurainya.
Dari seluruh sampah di Jakarta, yang berasal dari perumahan adalah yang paling banyak, yakni 58 %. Yang lain berasal dari pasar 10%, komersial 15%, industri 15%, jalan, taman dan sungai 2%.
Secara umum, banjir di berbagai wilayah juga disebabkan intensitas curah hujan di atas normal. Tingginya intensitas curah hujan sendiri merupakan salah satu pertanda terjadinya perubahan pola cuaca. Perubahan cuaca ini terjadi dalam skala dunia, dan penyebabnya adalah pemanasan global. Para ahli iklim dunia menengarai pemanasan global ini disebabkan makin banyaknya emisi gas karbondioksida (CO2) di udara. Sebagian besar penumpukan gas CO2 di udara berasal dari industri, pembangkit listrik berbahan bakar batubara serta solar, dan juga dari kendaraan bermotor.
Banyak cara mengerem laju kerusakan lingkungan. Bahkan dari masing-masing individu, misalnya dengan mengurangi sampah dari rumah tangga kita sendiri. Sudahkah anda memulainya? (*)
By Tupperware Green Living
0 komentar:
Post a Comment